Utusan NU Sumbar, Hadiri Agenda PBNU di Serambi Mekah Aceh

Aceh — Utusan Sumatera Barat hadir di Serambi Mekah di bawah Komando Ketua Tanfidziyah PWNU Sumatera Barat (Sumbar) KH.Prof. Ghanefri didampingi Sekretaris KH.Tan Gusli ikuti acara Simposium Nasional Fiqih Peradaban, Seminar Sistem Istinbath Hukum Islam dan Bahtsul Masail Metode Penetapan Awal Bulan Hijriyah Tahun 2024 yang dilaksanakan 10-12 Agustus 2024 di Grand Nanggroe Hotel.

Kegiatan dibuka Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa, Minggu 11/08, hadir dari Sumatera Barat utusan PW Ketua Tanfidziyah Prof. KH. Ganefri, Ph.D, Sekretaris KH. Tan Gusli, S.fil.I.,MAP.,MA, Katib KH. Joben, MA, Wakil Ketua KH. Ahmad Syafrudin, S.H, dan Wakil Sekretaris Kyai Eri Gusnedi, S.Pd.I., MA.

Utusan Pondok pesantren hadir H. Tengku Darmis Muar dari PP Darul Ulum, Akmal Hadi, S.HI dari PP Ashhabul Yamin, M. Jamaluddin Efendi dari PP Albarokah, Sudirman Syair dari PP Maarif Assadiyah, Arif Rahman dari PP Warasatul Anbiya, serta utusan dari PCNU se Sumatera Barat.

KH Zulfa Mustofa dalam arahan menegaskan bahwa dalam menetapkan suatu hukum, Nahdlatul Ulama (NU) selalu mendialogkan nash dengan realitas. Praktik ini dapat ditemukan saat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam masih hidup dan berlanjut di era para sahabat serta tabiin, sehingga menjadi pijakan NU dalam bertistinbath ketika menetapkan hukum.

“Dalil syari itu dua poin pentingnya, memahami hukum dari nash dan ini sifatnya naqli. Kedua harus memahami waqi (realitas) itu nadhariyah, itu harus diuji,” kata Kiai Zulfa mengutip pandangan Imam Syathibi dalam Al-Muwafaqat.

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa dalam memberikan putusan hukum tidak cukup hanya dengan memahami Alquran dan hadits sebagai rujukan atau pijakannya, tetapi juga harus memahami realitasnya. Karenanya, NU selalu mengundang ahli untuk memberikan pemahaman realitas persoalan.

Sementara itu, Rektor UIN Ar-Raniry Mujiburrahman dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi umat melalui sinergi kiai, ulama, ilmuwan, dan cendekiawan yang diwujudkan dalam bentuk pemikiran, gagasan hasil kajian dan diskusi. Pertemuan ini, menurutnya, dapat memperkaya khazanah keilmuan kontemporer untuk menjawab masalah umat di era kekinian dan masa depan.

Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh, PWNU Sumatra Utara dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Aceh, PCNU se-Sumatra Utara.

Seminar ini terselenggara atas kerja sama PBNU, Kementerian Agama, dan UIN Ar-Raniry.